BLANGPIDIE– Dalam rangka menjamin terselengaranya pelaksanaan pernikahan sesuai dengan syariah Islam dan ketentuan aturan negara yang berlaku, Kantor Kementerian
PALEMBANG - Ini Arti Hablum Minallah, Hablum Minannas dan Hablum Minal Alam & Contoh Perilaku Baiknya Hablum Minallah, Hablum Minannas dan Hablum Minal Alam adalah istilah yang sering kita dengarkan sebagai seorang muslim. Istilah-istilah ini biasanya kita dengar dari ceramah-ceramah dan guru di sekolah. Namun tahukah kamu arti dari 3 istilah ini? • Arti Hasbunallah Wanikmal Wakil, Kerap Diucapkan Baik dalam Keadaan Lapang Maupun Menghadapi Cobaan Berikut Arti Hablum Minallah, Hablum Minannas dan Hablum Minal Alam Pengertian Hablum Minallah Arti Hablum Minallah حَبْلٍ مِّنْ اللَّهِ adalah Hubungan dengan Allah. Contoh perilaku hablum minallah menurut Imam Ghazali Menunaikan perintah syariat. Rela dengan ketentuan dan takdir serta pembagian rezeki dari Allah SWT. Meninggalkan kehendak nafsunya untuk mencari keridhoan Allah SWT.” • Arti Assabiqunal Awwalun atau Assabigunal Awwalun, Berikut Orang-Orang Pertama yang Masuk Islam Pengertian Hablum Minannas Arti Hablum Minannas حَبْلٍ مِّنَ النَّاسِ adalah Hubungan dengan sesama manusia. Contoh perilaku hablum minallah menurut Imam Ghazali 1. Saling membantu dengan tetangga 2. Memberi makan anak yatim 3. Mengasihi orang miskin
Jikasetiap muslim memiliki relasi habluminallah dan habluminannas yang baik dan seimbang, maka akan melahirkan kehidupan yang utama di dunia dan akhirat. “Sebaliknya manakala habluminallah dan habluminannas tidak terjalin baik maka terjadi kerusakan dalam kehidupan manusia umat,” kata Radjindra sembari mengutip Quran surah Ali Imran ayat 112.
Ilustrasi mengamalkan Hablum Minallah. Foto FreepikDalam menjalani kehidupan, seorang Muslim harus memperhatikan hablum minallah, hablum minannas, dan hablum minal 'alam. Tiga perkara ini bernilai ibadah dan merupakan misi kehidupan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Selain itu, tiga kategori tersebut juga harus diamalkan secara seimbang, meskipun pada hakikatnya hablum minannas dan hablum minal alam memiliki tujuan vertikal, yakni mendapat ridha Allah SWT. Agar lebih paham, simak penjelasan lengkapnya berikut ini Hablum MinallahHablum minallah adalah bagaimana manusia berhubungan dengan Sang Pencipta dengan mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi larangannya. Makna hablum minallah dalam tafsir At-Thabari, Al-Baghawi, dan tafsir Ibnu Katsir adalah "Perjanjian dari Allah, maksudnya adalah masuk Islam atau beriman dengan Islam sebagai jaminan keselamatan bagi mereka di dunia dan di akhirat". Ilustrasi sholat. Foto FreepikHablum minallah dilaksanakan dengan ubudiyah atau ibadah. Hidup manusia di dunia pada hakikatnya adalah hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Allah berfirman, "Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” Qs. Ad-Dzuriat 56.Menurut Imam Ghazali, ubudiyah terdiri dari tiga hal, yakni Menunaikan perintah syariatRela dengan ketentuan dan takdir serta pembagian rezeki dari Allah SWTMeninggalkan kehendak nafsunya untuk mencari keridhaan Allah MinannasJika hablum minallah dikenal sebagai kesalehan individu atau ibadah mahdhah, hablum minannas merupakan kesalehan sosial atau ibadah ghair mahdhah. Sebab hablum minannas adalah konsep di mana manusia menjaga hubungan baik dengan manusia lainnya. Pada hakikatnya, manusia merupakan makhluk sosial. Allah SWT menekankan hal ini dalam surat Al Hujurat ayat 13 yang artinya “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” Ilustrasi berjabat tangan. Foto FreepikDalam ayat tersebut, Allah SWT mengingatkan bahwa keberagaman merupakan suatu keniscayaan, namun umat manusia diperintahkan untuk saling mengenal dan berbuat baik kepada sesama. Ini juga ditekankan dalam surat An-Nisa ayat 36 yang berbunyi “Sembahlah Allah SWT dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, Ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” QS. An-Nisa Ayat 36. Hablum Minal 'AlamArti hablum minal alam adalah hubungan manusia dengan alam. Selain ditugaskan untuk beribadah dan menjaga persaudaraan, manusia juga diberi tugas untuk memakmurkan bumi. Allah SWT bahkan secara tegas mengancam manusia yang berbuat kerusakan di muka bumi. "Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali ke jalan yang benar” Ar Rum41.Sebagian ciri dari perusak bumi yaitu mereka yang bersikap sombong, mengingkari adanya Tuhan, merusak tanaman, membunuh binatang ternak, mencemari lingkungan, dan lain sebagainya. Al-Baqarah ayat 11, 12, 205 serta At-taubah ayat 47.
Kurbanmenjadi momentum yang paling ditunggu-tunggu di Hari Raya Idul Adha. Hal itu karena amalan ini memiliki banyak keutamaan dan hikmah. Berkurban menjadi salah satu amalan paling dianjurkan pada perayaan Idul Adha yang hukumnya adalah sunnah muakkad. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam Al Quran, Surah Al Kautsar ayat 2.
Bengkalis PRC - Islam mengajarkan keseimbangan. Artinya, meski kita hidup di dunia hanya sementara, dan kehidupan di dunia hanyalah jembatan menuju kehidupan akhirat yang kekal, akan tetapi Islam sama sekali tidak menafikan kebutuhan duniawi kita. Oleh karena itu, dalam Islam dikenal istilah Hablumminallah dan Hablumminannaas, yaitu hubungan vertikal antara manusia dengan Allah sang Pencipta, dan hubungan horizontal antara manusia dengan sesamanya. Pada dasarnya, Hablumminallah maupun Hablumminannaas bukanlah hal yang terpisah, justru keduanya memiliki hubungan saling mempengaruhi dan menjelaskan. Maksudnya adalah ketika hubungan kita dengan Allah sedang baik, intens, dekat, hal itu pasti akan berefek pada hablumminannas kita. Tiba-tiba saja ada orang yang membantu kita menyelesaikan permasalahan yang pelik, hubungan kita dengan keluarga semakin lebih baik, hubungan dengan teman-teman jadi tambah asyik, pokoknya banyak terjadi hal yang seolah magic. Begitu pula sebaliknya, ketika Hablumminallah kita buruk, biasanya akan mempengaruhi hubungan kita dengan sesama manusia, entah itu orang tua kita, sahabat, teman sekelas, teman sekerja, tetangga, bahkan hubungan dengan orang yang tidak kita kenal pun bisa ikut-ikutan buruk! Tiba-tiba saja ada yang mencuri HP kita, atau aib yang selama ini kita tutup-tutupi terbongkar, bahkan hal yang seharusnya tidak jadi masalah malah jadi masalah besar, pokoknya hari-hari terasa susah dan tambah gerah. Hal ini memberikan arti bahwa Hablumminallah mempengaruhi Hablumminannaas. Demikian juga, hubungan kita dengan sesama manusia dapat menjelaskan keadaan hubungan kita dengan Allah. Artinya, ketika kita merasa hubungan dengan keluarga lagi jelek, hubungan dengan rekan sekerja atau teman sekelas juga begitu, tiap kita bicara selalu ada yang keliru, rasanya seluruh dunia menjadi musuh. Bisa jadi... hal tersebut merupakan alarm peringatan bahwa Hablumminallah kita sedang dalam kondisi yang harus segera diperbaiki! Hablumminallah Bagus, Tapi Kok... Pernahkah merasa begini Hablumminallah saya bagus kok, saya shalat tepat waktu, lima kali sehari plus shalat sunah, saya puasa Senin-Kamis, malah kadang puasa Dawud sehari puasa, sehari tidak, ngaji rutin, tapi kok saya tetap bermasalah, hubungan saya sama orang lain tetap buruk. Namanya manusia, kadang bisa menilai diri sendiri lebih tinggi dari yang sebenarnya. Istilah tepatnya Kege-eran! Nah, jangan sampai kita keseringan merasa ge-er. Mentang-mentang dipanggil Ustad, Ustadzah, guru ngaji, sering ngisi taklim ini-itu, hapal berpuluh-puluh juz, atau bolak-balik Mekah tiap tahun, kita jadi menilai hablumminallahkita sudah oke. Jadi kita merasa berhak men-cap Allah tak adil ketika kita ditimpa masalah, ketika hubungan kita dengan sesama manusia memburuk. Oh... tidak! Jangan-jangan ketika shalat, badan kita saja yang lagi "senam", mulut komat-kamit, tapi sesungguhnya hati kita bahkan tidak sadar sedang mengucap apa, persis seperti robot otomatis, baca al-Fatihah dan surat pendek selayaknya hapalan lagu Indonesia Raya, atau mungkin lebih parah. Ketika kita puasa, perut saja yang bisa menahan diri dari makanan, sedangkan lidah masih asyik berdusta, mata masih nyalang memperturutkan nafsu, atau hati berniat puasa untuk sekedar pamer kealiman, atau juga... kita berpuasa karena memang tidak punya uang cukup, jadi puasa supaya berhemat. Sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui. Wah! Atau jangan-jangan... ketika kita beribadah haji, semata-mata dilakukan agar orang-orang tahu kekayaan kita, juga supaya lebih disegani, atau untuk menggugurkan kewajiban naik haji sekali seumur hidup, jika demikian... itu berarti ibadah-ibadah yang kita lakukan hanya untuk membuat diri kita lega saja, bukan benar-benar untuk melaksanakan hablumminallah, tetapi hanya untuk melepaskan beban "wajib". Jadi jangan protes ketika Allah menegur kita lewat manusia lain. Misalnya, ketika kita bicara tidak didengar atau diremehkan oleh orang lain, ketika kita menasehati tidak digubris, ketika meminta tolong tidak dibantu, kita tidak memiliki power terhadap manusia lain. Bisa jadi itu merupakan indikasi adanya sesuatu yang salah dengan ibadah kita belakangan ini. Hubungan kita dengan Allah tidak terjaga. Mungkin kita memakan makanan haram, menggunakan uang dari cara tidak halal, atau melakukan hal yang dilarang oleh Allah, seperti berdusta, berzina, memfitnah, mengkhianati amanah, membangkang pada orangtua, dan lain sebagainya. Hablumminannaas-nya Oke, Padahal Hablumminallah Buruk. Kok Bisa? Hablumminallah saya kayaknya standar, biasa aja, shalat kalau ingat, puasa kalau kuat, tapi hubungan saya sama lingkungan sekitar baik-baik aja tuh! Hablumminannaas saya oke. Sekali lagi, namanya manusia... sering salah menilai, atau istilah pas-nya Tertipu! Makanya hati-hati, jangan sampai kita tertipu! Kita merasa hablumminallah tidak penting-penting amat, karena toh tidak berefek pada hidup sehari-hari, buktinya... hubungan dengan teman-teman tetap mulus, lancar, begitu pula hubungan dengan keluarga, oke-oke saja tuh tanpa masalah, meskipun shalat bolong, baca Quran masih mengeja, yang penting hati baik, lisan kita baik, maka hidup di dunia ini jadi baik juga. Benarkah demikian? Pandangan seperti inilah yang mengkhawatirkan, kita tertipu dengan hablumminannaas yang terlihat oke, sehingga kita lupa bahwa sesungguhnya dari seluruh amalan yang kita lakukan di dunia ini, pertama kali yang akan ditanyakan di padang mahsyar kelak adalah perkara mengenai shalat. Bukan mengenai berapa banyak uang yang disumbangkan untuk amal jariyah, seberapa terkenalnya kita sebagai orang baik hati di jagad raya, melainkan mengenai shalat wajib yang kita lakukan. Apabila shalat wajib tidak mencukupi, bisa ditambal sulam oleh shalat sunah yang kita kerjakan. Lalu, kalau ternyata shalat wajib kita alpa, boro-boro dilakukan... tiap mendengar adzan saja selalu diacuhkan! Kalau begitu bisa-bisa "kebaikan hati" kita kepada semua manusia selama ini juga tidak dapat diterima, karena ternyata ujian saringan awal saja kita tidak lulus. Shalat yang merupakan perkara Hablumminallah adalah syarat mutlak yang tidak dapat ditawar-tawar. So, Mana yang Lebih Prioritas? Hablumminallah Dulu, Baru Hablumminannaas! Kita tetap harus memprioritaskan hablumminallah sebelum hablumminannaas. Dalam hal ini, kita bisa melihat dari seruan al-Quran yang selalu mengedepankan "Dirikan shalat!" baru kemudian "Tunaikan zakat!" bukan sebaliknya. Artinya, seberapa pun sibuknya aktivitas sosialmu, jikalau waktu shalat sudah tiba, kedepankanlah shalat. Jangan dengan dalih... ah, saya kan lagi melakukan kebaikan juga, akhirnya shalat kita malah terlalaikan. Namun jangan terjebak menjadikan shalat sebagai aktivitas ritual belaka, yang dilaksanakan karena wajib, bukan karena kesadaran penuh. Kualitas shalat kita ini bisa teruji dari kualitas hubungan sosial kita dengan sesama manusia, seperti yang telah kita bahas di atas. Bahkan, kita mustinya mempelajari shalat lebih dalam dan lebih maknawi dengan membaca buku-buku yang mengupas khusus tentang shalat. Jangan puas sekedar menghapal bacaan dan tata cara shalat, karena perkara shalat bukan masalah sepele. Bayangkan... demi untuk memerintahkan shalat 5 waktu, nabi Muhammad Saw. sampai langsung diutus ke Sidratul Muntaha, menghadap Allah ke langit ketujuh! Bukan main... So, cek kondisi hubungan vertikal kita pada Allah manakala kita merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan hablumminannaas kita! Mudah-mudahan Allah mengampuni kege-eran kita yang merasa hubungan kita dengan-Nya dekat. 2. Hablumminannaas Penting Sebagai Indikator Coba perhatikan bunyi kesaksian kita syahadat! Bukankah harus terdiri dari dua kalimat? Jika kurang satu maka syahadat kita tidak diterima. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Itulah yang tertulis di atas pintu syurga, sebagai syarat memasuki gerbangnya. Lalu, apa sebenarnya peran nabi Muhammad Saw.? Yap, tentu saja sebagai penyempurna akhlak manusia. Baik akhlak kepada Allah, maupun akhlak kepada sesamanya. Kalau begitu jelaslah bahwa hanya menjaga hubungan dengan Allah saja tidak cukup, misalnya dengan bersemedi, bertapa di goa-goa, berpuasa 40 hari dan mengungsi ke atas gunung, terus-terusan shalat dan puasa. Bukan itu yang diminta oleh ajaran agama! Rasulullah Muhammad Saw. merupakan contoh terbaik bagaimana seharusnya kita berhubungan dengan manusia, dengan suami, dengan istri, dengan anak, dengan tetangga, dengan masyarakat, dengan rakyat kecil, bahkan dengan penganut agama lain. “Hablumminannaas inilah indikator penting apakah hablumminallah kita sudah sesuai dengan aturan. Tidak mungkin hablumminallah kita baik jika kita hobi berdebat di masjid membidahkan sesama umat Islam”.
Hanyakata-kata tertentu yang penulisannya dengan huruf Arab sudah lazim dirangkaikan dengan kata lain karena ada huruf atau harkat yang dihilangkan, maka dalam transliterasinya ini penulisan kata tersebut dirangkaikan juga dengan kata lain yang mengikutinya. i. Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam
Jakarta Allah tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Nya. Dalam ajaran agama Islam, apa yang dimaksud dengan ibadah memiliki spektrum yang sangat luas. Ibadah tidak hanya mengacu pada ritual yang menunjukkan hubungan seorang hamba dengan Tuhannya, melainkan juga merujuk tentang bagaimana manusia berhubungan dengan manusia lainnya. Maka dalam Islam dikenal konsep Habluminallah Habluminannas. Arti Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, Ketahui Makna dan Cara Menjawabnya Doa Meninggal Perempuan dalam Bahasa Arab dan Artinya, Patut Dibaca oleh Umat Muslim Shobahul Khoir Artinya Selamat Pagi, Berikut Bentuk-Bentuk Salam dalam Bahasa Arab Habluminallah Habluminannas merupakan dua hal penting yang harus dijaga keseimbangannya oleh seorang muslim untuk mencapai kesempurnaan ibadahnya. Habluminallah Habluminannas harus bersinergi, keduanya harus berjalan berdampingan. Tidak dibenarkan jika seorang muslim yang begitu taat dengan rajin melaksanakan amalan wajib dan sunnah tanpa tertinggal, namun dia dengan mudah mengeluarkan kata-kata yang menyakiti orang lain. Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ “Sebaik-baik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan orang lain merasa aman dari kejelekannya.” HR. At-Tirmidzi no. 2263. Berikut penjelasan selengkapnya mengenai konsep Habluminallah Habluminannas, seperti yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Kamis 1/6/2023.Ribuan jemaah haji asal Indonesia menjalani sholat Jumat perdana di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi, pada hari ini, Jumat 26/5/2023. Jemaah haji Indonesia terlihat begitu antusias berjalan kaki mendatangi masjid Habluminannas merupakan bagian dari konsep takwa. Seperti dikutip dari laman Universitas Darul Ulum Jombang, takwa memiliki dua dimensi hubungan, yakni Habluminallah Habluminannas. Habluminallah adalah hubungan vertikal antara manusia dengan Allah. Sedangkan Habluminannas adalah hubungan horizontal antara manusia dengan sesama manusia, atau yang lebih luas lagi yakni hubungan antara manusia dengan makhluk lainnya. Takwa yang baik dan benar adalah takwa yang mengandung adanya keseimbangan antara manusia dengan Allah dan hubungan manusia dengan makhluk lain, yang sering disebut sebagai Habluminallah Habluminannas. Keseimbangan Habluminallah Habluminallah ditandai dengan seimbangnya hubungan vertikal yang berkaitan langsung dengan Allah, serta hubungan dengan sesama manusia dan makhluk Habluminallah HabluminannasIlustrasi zakat. Photo by master1305 on FreepikPerwujudan konsep Habluminallah Habluminannas dapat dilihat dari bagai seseorang bersikap. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa tidak dibenarkan jika seorang muslim hanya mengutamakan Habluminallah saja, dengan rajin menjalankan shalat sunnah, namun dengan mudah dia mengeluarkan kata-kata yang dapat menyakiti orang lain. Memang benar jika dilihat dari bagaimana shalat dikerjakan, hal itu memang mengedepankan hubungan manusia dengan Allah SWT. Akan tetapi bukan berarti tidak ada dimensi sosial dalam shalat. Shalat yang memiliki keseimbangan Habluminallah Habluminannas adalah shalat yang dapat menghindarkan kita dari tindakan keji dan munkar. Allah SWT berfirman, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu Muhammad, yaitu Al Kitab al Quran dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah shalat itu lebih besar keutamaannya dari ibadah yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS. Al-Ankabut 45 Ayat tersebut memerintahkan kepada Nabi Muhammad SAW dan tentunya kita sebagai umatnya, agar senantiasa berinteraksi dengan al Quran, dengan cara membaca, mempelajari, memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungannya. Allah SWT juga memerintahkan untuk mendirikan shalat secara berkesinambungan dan khusyu’. Shalat yang didirikan secara berkesinambungan dan khusyu’, sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya, dapat dipastikan akan mencegah pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar, karena kemampuannya dalam menerjemahkan nilai-nilai shalatnya. Hal itu juga akan tampak dari bagaimana cara seseorang memperlakukan keluarga, tetangga, dan orang lain, sehingga orang di sekitar pelaku shalat ini akan merasa aman. Perwujudan Habluminallah Habluminannas juga dapat dilihat dari ibadah zakat. Zakat adalah ibadah bentuk ibadah yang menunjukkan perwujudan Habluminallah Habluminannas. Habluminallah karena ketika zakat kita menjalankan perintah Allah SWT, Habluminannas karena dampak zakat tidak hanya bisa dirasakan oleh pelakunya, tapi juga dirasakan masyarakat yang lebih luas dan dapat membantu meringankan kesulitan yang mereka Habluminannas yang Tidak SeimbangIlustrasi Foto Persekusi iStockphotoKeseimbangan Habluminallah Habluminallah sangat penting untuk diupayakan. Sebagai muslim kita tidak boleh hanya taat dalam menjalankan shalat, namun banyak dari perbuatan yang kita lakukan, baik itu berupa tindakan maupun kata-kata, justru membuat orang di sekitar kita merasa tidak aman, merasa terluka, dan dirugikan. Dikutip dari laman Universitas Darul Ulum Jombang, Ustadz Abdul Natsir menjelaskan bahwa manusia yang bangkrut adalah manusia yang ketika hari kiamat datang, ia membawa pahala solat, zakat,dan ibadah wajib lainnya. Akan tetapi semasa hidup di dunia manusia ini mengatakan perkataan yang jelek, fitnah, mencela tetangga, sehingga pahala manusia ini sedikit demi sedikit berkurang karena protes dari manusia lain yang telah dizalimi. Pahala tersebut terambil dan ditambah dosa dari manusia yg dizalimi. Ini menunjukkan manusia ini tidak menjaga keseimbangan hubungan antara dengan Allah dan dengan manusia lainnya. Menyakiti tetangga, menganiaya orang lain, atupun perbuatan zalim lainnya menyebabkan ibadahnya sia-sia dan dilemparkan ke neraka. Dari penjelasan tersebut dapat kita pahami bahwa menjaga keseimbangan Habluminallah Habluminannas adalah hal yang sangat penting sebagai hamba yang bertakwa kepada Allah SWT. Jangan sampai shalat, puasa, dan dzikir kita menjadi sia-sia, karena kita tidak menjalin hubungan yang baik dengan sesama manusia.* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
CatatanJumat : Mahbub Fauzie* “In ahsantum ahsantum anfusikum wa-in asa’tum falahaa . Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk
Sufibukanlah kata murahan yang bisa diobral. Ia bukan gelar yang di dapat dari pendidikan formal. Apalagi honoris causa. Habluminallah dan habluminannas. Pertanyaannya, bisakah seseorang disebut Sufi sementara ia melakukan tindakan senonoh yang mempertunjukkan tingkatan nafsu hewaninya yang keji. Mas Bechi begitu tega dengan
nAtWku. 39 498 295 291 351 393 48 430 0
kata mutiara habluminallah habluminannas